Oleh : Teguh Iman Affandi
Untuk meningkatkan kesadaran publik akan pentingnya hutan, Kaoem Telapak mengadakan pemutaran film dan pameran foto di Tugu Kunstkring Paleis, Jakarta.

Dokumentasi foto hasil kerja bersama antara Kaoem Telapak dan EIA
akan dipamerkan selama satu bulan, selama September 2022 di Tugu Kunstkring Paleis Jakarta.
Pameran foto akan dilaksanakan selama satu bulan, pada 2 – 30 September 2022. Lima panel foto menampilkan momen-momen praktik illegal logging di Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Selatan di 1997. Lalu alih fungsi hutan menjadi perkebunan sawit di Papua Barat dan Kalimantan tengah. Serta rekam jejak Kaoem Telapak dan EIA dalam mengadvokasi kebijakan dan memberikan peningkatan kapasitas kepada warga masyarakat adat dan sipil lainnya untuk menjadi pemantau hutan independen dengan teknik dokumentasi.
Sementara itu, pemutaran film dilakukan selama dua hari pada Jumat – Sabtu, 2 – 3 September 2022. Indonesia – Berjuang untuk Hutan yang Tersisa adalah film dokumenter yang diproduksi oleh Kaoem Telapak dan Enviromental Investigation Agency (EIA) tahun 2021. Film secara kronologis bagaimana Kaoem Telapak dan EIA bekerja sama melawan illegal logging atau pembalakan liar.
Film ini juga menampilkan cerita lain dari berbagai laporan yang dirilis oleh EIA dan Kaoem Telapak. Dari mulai laporan Final Cut yang menceritakan awal mula terbongkarnya praktek pembalakan liar di Indonesia, sampai dengan laporan Up For Grab yang menampilkan bagaimana masyarakat adat di Papua Barat dibujuk untuk menyerahkan hak kelola tanah adatnya ke perusahaan untuk diubah menjadi perkebunan sawit.

Pemutaran Film Indonesia – Berjuang untuk Hutan yang Tersisa hari kedua, Sabtu, 3 September 2022
Dalam acara pemutaran film hari pertama, perwakilan dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK), Krisdianto, S.Hut, MSc, PhD, hadir memberikan kata sambutan. “Saya ingin mengucapkan apresiasi kepada Kaoem Telapak dan EIA, yang aktif melakukan monitoring, mentoring, mendorong tata kelola hutan yang baik, adil, dan berkelanjutan,” kata Krisdianto.
Selama dua hari, pemutaran film ini telah ditonton sebanyak 150 orang dari berbagai latar belakang. “Film ini keren banget… Buat awareness meningkat bagi saya,” ungkap Farum Fidah, penonton asal Jakarta. Berbeda dengan Kasya, penonton asal Bandung, dia menyatakan kekhawatirannya. “Melihat dari film, hutan-hutan ditebangin, saya khawatir akan keberlangsungan hutan di Indonesia,” ungkap Kasya.