Buah Kelapa Sawit
Oleh : Teguh Iman Affandi
Dalam pertemuan Kaoem Telapak dengan tiga Staf Ahli Anggota Parlemen Uni Eropa pada Senin, 20 Juni 2022, terungkap bahwa petani kecil swadaya khawatir dengan definisi Smallholders dalam proposal Europe Union Due Diligence Regulation (EUDDR).
“Ada yang menjaadi kekhawatiran kami ketika uji layak ini (EUDDR – red) diberlakukan, tentang luas lahan petani swadaya,” kata Mochtar, seorang petani kecil swadaya asal Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat.
Mochtar yang juga merupakan Ketua Serikat Petani Kelapa Sawit Sekadau (SPKS Sekadau) mengungkapkan bahwa tanaman sawit berbeda dengan tanaman lain. “Setengah hektar ditanami sawit, hasilnya kecil,” katanya.
Dalam aturan Uni Eropa tentang energi terbarukan atau disebut pula Regulation of the EU Renewable Directive, smallholder atau petani kecil mandiri didefinisikan sebagai petani yang mengelola luas lahan tidak lebih dari dua hektar.
“Padahal dalam mekanisme RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil – red) luasan area bisa sampai 25 hektar,” ungkap Siswadi, petani kecil swadaya asal Batanghari Jambi.
Andrea Schierbaum, Staf Ahli Anggota Parlemen Uni Eropa, mengungkapkan bahwa isu soal luasan hektar milik petani kecil swadaya adalah poin yang menarik. Sebab, menurutnya, perumusan definisi sangat penting di awal peraturan. “Kami akan pertimbangkan masukan tersebut,” ungkapnya.
Sementara itu, Alexander Wielgos, Staf Ahli Anggota Parlemen Uni Eropa, yang juga hadir pada pertemuan ini mengatakan, “Sejujurnya, definisi tepat mengenai smallholders, belum didiskusikan lebih jauh”.
Lebih lanjut, Wielgos mengaku senang mendengar masukan dari peserta forum ini, terkait isu areal lahan, karena persepsi akan smallholders di satu negara bisa berbeda dengan negara lain. Dia pun mengungkapkan bahwa menggunakan luas lahan sebagai satu-satunya indikator, tidak cukup inklusif. “Kami akan mencari bagaimana mendefinisikan smallholders secara lebih baik,” ungkapnya.
