Tahun 2019-2020 Kaoem Telapak bersama Samdhana Institute melakukan studi lifescape di Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat. Kaoem telapak melakukan penelitian di beberapa distrik di kabupaten Tambrauw untuk melihat pola dan struktur kehidupan masyarakat Tambrauw terhadap pola livelihood yang erat kaitannya dengan pengelolaan sumberdaya alam di wilayah ini. Kabupaten Tambrauw sendiri telah ditetapkan sebagai kabupaten konservasi, sehingga diharapkan program – program berkaitan dengan pemanfaatan jasa – jasa lingkungan dapat didorong untuk dilakukan di kawasan ini.
Kabupaten Tambrauw yang dijuluki sebagai “Kabupaten Konservasi” ini berdasarkan bentuk dan letak sesuai peta secara alami menyerupai huruf “D“ dan sangat strategis sebab letaknya di atas Kepala Burung Pulau Papua (Vogelkop of Bird Head of Papua Island) dan berada di tengah-tengah antara Kabupaten/Kota Sorong dan Manokwari di Provinsi Papua Barat. Kabupaten ini merupakan Pusat Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan Adat-Istiadat, Simpul-Simpul dan Nilai Seni-Budaya Melanesia di Asia Pasifik.
Komitmen Tambrauw sebagai Kabupaten Konservasi memberikan peluang yang strategis bagi pemerintah daerah, provinsi maupun pusat untuk memastikan agar pengelolaan sumberdaya alam sebagai modal pembangunan dapat diselenggarakan secara berkelanjutan serta memberikan manfaat yang adil bagi masyarakat, terutama masyarakat adat antar generasi. Sekalipun masih banyak pihak yang meragukan atau bahkan menolak kebijakan ini.
Sejak komitmen ini dimunculkan, setidaknya ada 6 hal mendasar yang menjadi tantangan yaitu:
- Awareness (kesadar-tahuan) dan kapasitas yang lemah baik di tingkat pemerintah maupun masyarakat adat, serta paradigma dan budaya kerja yang mendukung pembangunan hijau dan berkelanjutan.
- Regulasi dan kelembagaan yang belum terbentuk dan terbangun dengan baik untuk mengatur dan mengurusi perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kebijakan ini.
- Kepastian legal kawasan, alokasi ruang untuk kepentingan pembangunan dan hak masyarakat atas ruang adat yang masih menjadi polemik.
- Penghidupan masyarakat adat dengan tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap sumber daya alam dan fakta tentang kemiskinan yang tinggi di Tambrauw.
- Pendanaan yang terbatas sehingga tidak semua program ideal bisa dikerjakan dengan baik.
- Pilihan investasi sumber daya alam yang pro konservasi dan masyarakat adat belum banyak yang masuk ke Tambrauw, tetapi ditantang dengan permintaan investasi ekstraktif yang lebih dominan.
Sebagai informasi, lebih dari lima tahun Samdhana Institute bekerja di Wilayah Tambrauw dengan melibatkan para pemangku kepentingan dan juga mitra strategis. Pekerjaan Samdhana dan mitra diarahkan untuk mendukung dan menjawab beberapa tantangan awal dari kebijakan kabupaten konservasi seperti Penataan Ruang, Pemetaan Wilayah Adat, Pengembangan Kebijakan Daerah dan Pemberdayaan masyarakat serta konservasi sumberdaya alam.
Pada 24 Agustus 2021, telah dilaksanakan webinar pertama yang diselenggarakan oleh Samdhana Institute. Tujuannya untuk menyampaikan capaian program kerja yang sudah dilakukan mitra-mitra Samdhana sekaligus berbagi pembelajaran, pengalaman dan sintesa pengetahuan kepada masyarakat adat, pemerintah daerah Kabupaten Tambrauw, Mitra Pembangunan, Pemerintah Provinsi Papua Barat, Instansi Pemerintah Terkait, dan Publik yang lebih luas. Webinar ini dilaksanakan dengan mengundang 13 narasumber dari mitra kerja Samdhana Institute.