
Oleh : Teguh Iman Affandi
Permodalan menjadi tantangan yang berat bagi usaha berbasis komunitas. Credit Union bisa menjadi salah satu solusi untuk menghadapi tantangan tersebut.
Kesulitan akses pembiayaan usaha menjadi topik perbincangan Jumatan Kaoem Telapak (JKT) yang bertajuk, Menggali Model Pembiayaan Usaha Berbasis Komunitas, pada Jumat, 11 Maret 2022. “Banyak banget teman-teman [komunitas – red] yang punya usaha tapi terkendala modal,” ungkap Wisnu Tirta, Wakil Presiden Perkumpulan Kaoem Telapak, yang didaulat menjadi moderator diskusi. Mengingat kegelisahan tersebut, Kaoem Telapak pun mengundang Credit Union Pancoran Kehidupan atau biasa disebut CU Randu, untuk berbagi model pembiayaan usaha alternatif yang tidak melulu dari perbankan atau malah kelompok lintah darat.
Efrial Ruliandi Silalahi dari CU Randu memulai penjelasannya dari sejarah Credit Union di Indonesia. Dia menjelaskan bahwa Credit Union merupakan Gerakan kemandiran ekonomi masyarakat. Credit Union sudah ada di Indonesia sejak tahun 1960-an. Pertama kali dilakukan oleh seorang Romo dari kelompok Jesuit Bernama Romo Karim.
Masuk di era Orde baru, Credit Union menjadi tidak populer karena dianggap sebagai batu sandungan oleh rezim yang berkuasa saat itu. Oleh rezim saat itu, Credit Union dinilai terlalu sosialis. “Padahal menurut saya, [Credit Union] berada di tengah-tengah,” kata Efrial.
Lalu, Efrial menjelaskan kalua Credit Union bukan lembaga simpan pinjam, bukan bank, bukan pasar uang, dan bukan dagang uang. Dia mendefinisikan Credit Union sebagai lembaga keuangan mikro masyarakat yang merupakan bentuk Gerakan ekonomi kerakyatan sesuai dengan asas koperasi. Meskipun dari segi permodalan berbeda dengan koperasi pada umumnya. Dari struktur organisasi, Efrial mengatakan bahwa Credit Union mempunyai pengawas yang dipilih melalui rapat anggota, pengurus yang juga dipilih melalui rapat anggota, dan manajemen yang fungsinya menjalankan roda organisasi Credit Union sehari-harinya.
Kemudian, Efrial menekankan bahwa Credit Union bersifat otonom, tidak mendapat suntikan dana dari luar anggotanya, permodalan murni berasal dari anggota, oleh anggota, dan untuk anggota. Credit Union secara sadar bahwa organisasinya harus mengelola modalitas masyarakat yang terdiri dari modal budaya, modal sumber daya alam, modal struktural atau kelembagaan, serta modal sosial. “Kalau bisa melakukan pengelolaan kekayaan tersebut, maka akan tercipta kesejahteraan bagi masyarakat,” ujar Efrial.
Setelah itu Efri pun menjelaskan beberapa solusi yang ditawarkan oleh Credit Union. Pertama, memberikan peluang bagi usaha kecil dalam mengakses modal usaha. Kedua, pinjaman yang diberikan dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan usaha. Ketiga, membantu pemerintah menyediakan modal usaha. Keempat, membantu masyarakat kecil dalam mengakses dana pinjaman.
Di akhir diskusi, Wisnu Tirta selaku moderator dan Wakil Presiden Perkumpulan Kaoem Telapak berharap adanya satu konsep pembiayaan usaha berbasis komunitas. “Kaoem Telapak mencoba menyusun konsep pembiayaan yang pas untuk mendukung usaha usaha anggota perkumpulan dalam mendukung kerja kerja anggotanya, oleh karenanya pengetahuan akan model pembiayaan seperti Credit Union dan Koperasi menjadi sumber pengetahuan dalam menyusun model pembiayaan tersebut,” ungkapnya.
Referensi
Kaoem Telapak. (2022, March 11). Diskusi Menggali Model Pembiayaan Usaha Berbasis Komunitas [Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=1aw1BNpuXI0&t=3884s