Donation

FIGHTING FOR ECOLOGICAL JUSTICE

FIGHTING FOR ECOLOGICAL JUSTICE

Fighting for ecological justice

Hapsoro, Founding Father of Kaoem Telapak: Environment and Forestry Activist Award

Hapsoro seorang aktivis yang secara konsisten gigih berjuang menyuarakan, membela lingkungan dan kehutanan hingga akhir hayatnya. Ia adalah pendiri Kaoem Telapak.

Hapsoro, selama hidupnya berada di garis depan untuk melindungi hutan-hutan yang masih tersisa di Indonesia. Hapsoro menguak praktek dan kecurangan eksploitasi hutan oleh para cukong melalui cara yang khas. Ia tidak segan untuk turun ke lapangan mencari bukti dan data tentang adanya illegal logging, dan melaporkannya kepada yang berwajib.

Dari Sumatera, Kalimantan hingga Papua, dari hutan rawa, pegunungan hingga hutan dipterocarpaceae dijelajahi, termasuk menerobos lokasi-lokasi HPH yang dicurigai melakukan praktek pencurian kayu. Di dunia internasional, ia mengampanyekan penghentian pembelian kayu-kayu ilegal yang tidak jelas sumber asal-usulnya dari Indonesia.

Sejak tahun 2009, Hapsoro memulai kepedulian terhadap sungai melalui Komunitas Peduli Ciliwung (KPC-Bogor) yang setiap hari Sabtu mengangkut berkarung-karung sampah sungai Ciliwung. Kegiatan KPC pun berkembang dengan menanami bantaran sungai dengan tanaman keras seperti nyamplung dan tanaman keras lain.

Dalam usia 41 tahun, Hapsoro berpulang. Hapsoro meninggalkan seorang istri, Yuniken Mayangsari, dan tiga orang anak.

Hapsoro Pendiri Kaoem Telapak

Pada 19 Agustus 2021, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, memberikan penghargaan dan apresiasi kepada ahli waris atau keluarga dalam acara “Doa untuk Sahabat dan Penghargaan kepada Pejuang Lingkungan Hidup dan Kehutanan.” Salah satu penghargaan diberikan kepada Hapsoro.

Seperti dilansir pada laman Mongabay.co.id, ada beberapa tokoh yang dikenang antara lain, aktivis lingkungan hidup, aktivis kehutanan, dan inovator lingkungan hidup dan kehutanan. Aktivis lingkungan dan kehutanan seperti Emmy Hafild (1958-2021), MS Zulkarnaen (1955-2019), Chairil Syah (1962-2021), Hapsoro (1971-2012), Den Upa Rombelayuk (1945-2019), Kus Saritano (1973-2016), Agung Nugraha (1969-2021), dan Dedi Mawardi (1963-2021).

Untuk inovator lingkungan dan penyuluh lingkungan Maman Suparman (1950-2021), Inovator Lingkungan Hidup dari Akademisi Linawati Harjito (1962-2021), Inovator Lingkungan Hidup, Pencipta Lagu Mars Rimbawan, R. Noto Sukoco dan Yahya Bahram.

Menurut Siti, ke-12 pejuang lingkungan hidup dan kehutanan ini, baik sebagai aktivis maupun inovator itu konsisten, tanpa kenal lelah mendedikasikan komitmen dan hidup mereka untuk menjaga bumi. Mereka juga, memperjuangkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, hutan lestari, serta kemajuan demokrasi lingkungan di Indonesia.

Kaoem Telapak menyambut baik dan mengapresiasi terhadap penghargaan yang diberikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). kepada alm Hapsoro dan keluarga. Beberapa testimoni pun datang dari Anggota Kaoem Telapak, seperti dari Ery Damayanti, Ridzki Rinanto Sigit, Hari Kartiwa, Ambrosius Ruwindrijarto dan Mardi Minangsari.

Mardi Minangsari, Presiden Kaoem Telapak menyampaikan bahwa Hapsoro adalah seorang yang gigih atau persistence “Hapsoro sangat layak mendapatkan penghargaan ini, karena ia salah satu aktivis lingkungan yang betul-betul teguh dan tekun dalam memperjuangkan hal yang ia rasa perlu dilakukan dan perlu terjadi untuk penyelamatan lingkungan dan kehutanan, sehingga kita perlu lebih banyak orang-orang seperti Hapsoro”, ucap Minang.

Penulis: S R Megumi

Referensi pendukung: mongabay.co.id

Hapsoro seorang yang gigih semasa hidupnya

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Mengenang Hapsoro